.Mungkin kota ini merupa kota paling
Romantis. Jika anda berkunjung ke sini akan dibuat kaget. Tidak akan sulit anda
temukan para gadis dengan wajah rupawan yang menenteng buku-buku tebal,
berkumpul mendiskusikan hal-hal haibat yang tidak semua orang memahaminya. Berjalan disudut-sudut kota,
melewati trotoar yang sudah beralih fungsi jadi tempat dagang dan jalanan yang
kian hari-kian padat, bagunan-bangunan bersejarah menyambut dengan para
pelancong dengan lampu remang-remang. Bangunan gaya Indis dan peninggalan
kerajaan tempoe doeloe memberi kemanjaan.
Saran saya, sempatkan untuk
mengunjungi kedai-kedai kopi yang mempersempit persawahan, bersaing dengan
bangunan-bangunan baru menjulang tinggi. Di kedai-kedai itu akan sangat mudah ditemukan
sekumpulan mahasiswa-mahasiswi yang tidak mengenal gender, sebuah isu lama yang
di negeri ini kita junjung lewat sosok Kartini, si Gadis Jelita asal Jepara. Mereka, para gadis mahasisiwi itu akan dengan
asik memperbincangkan Karl Marx, Maciavelin, Zola, Jean-Paul Sartre, Nietzche,
atau tiga serangkai guru-murid (Socrates-Plato-Aristoteles). Mereka yang jebolan kampus Islam
akan asyik dengan Ibnu Khaldun, Al-hallaj, Ibnu Sina, Ibnu Arabi, Al-Farabi,
Al-Ghazal, dan tentu saja sang sufi perempuan paling fenomenal di dunia Islam
–Robiah Adawiyah.
Siapapun yang pernah berkunjung ke
kota ini pasti akan merasakan tabiat yang sama. Ingin kembali lagi, Kapan ke Jogja Lagi- kaliman jualannya.
Atau bahkan berharap mampu KPR di perumahan yang kian hari-kian merebut tempat
tumbuhnya padi, makan
apa anak-cucu kita nanti ya? Ya, Jogja memang tidak henti-hentinya menawarkan
kemewahan eksotisnya. Bangunan-bangunan bersejarah memberi suasana asyik
dibawah sinar lampu sepanjang jalan yang remang-remang.
Namun mungkin akan anda sesali, kota
ini telah terjual oleh nama besarnya sendiri. Bangunan bersejarah yang
dibangga-banggakan itu akan berganti dengan gedung-gedung megah pencakar langit
macam hotel dan apartement. Saya membayangkan dalam sepuluh tahun
kedepan dari sekarang, kota ini tak ubahnya Jakarta tempoe sekarang. Mungkin agak
berlebihan, tapi itu bisikan pohon beringin kali Gajah Wong padaku kemarin malam pas kebetulan saya
lewat.