Sepertinya akan ada semacam phobia
masyarakat terhadap partai politik. Di mana rakyat tidak lagi menaruh simpati
dan kepercayaan kepada otoritas kepartaian. Indikasi untuk itu sudah mulai
terlihat. Kini kita tinggal menunggu kapan sistem demokrasi multi-partai akan
menemui masa kadaluarsanya. Ia akan menjemput ajalnya, karena tidak lagi
dianggap hebat sebagai jembatan atas problematika yang dihadapi manusia dewasa
ini. Hal ini adalah konsekuensi, sistem ini akan kehilangan pendukungnya. Jika
sudah demikian maka berakhirlah suatu sistem, mode, gaya, atau apapun itu.
Eksisnya sesuatu karena ada pendukungnya. Jika sudah kehilangan pendukung, maka
detik-detik ajal telah mendatanginya.
Seperti halnya produk apapun dalam
kehidupan manusia. Model baju misalnya, terjadi perkembangan, peralihan
model-model atas kreasi manusia karena kebosanan pada bentuk yang sama. Tapi
ketika sudah mentok, tidak lagi ada inovasi lain, maka akan kembali ke model
lama dengan sedikit modifikasi. Dan yang terjadi akhirnya adalah bongkar pasang
yang merupakan pengulangan-pengulangan dari yang lampau.
Sistem demokrasi muncul sebagai
hasil dari perkembangan pemikiran. Sebuah kritik atas sistem lama yang dianggap
tidak lagi baik. Oleh sebab itu butuh sistem baru untuk menggantikan sistem
lama yang telah usang dan penuh kebobrokan. Dan semua itu tak lagi bisa
dibiarkan atas nama kemajuan yang musti dicari jalannya. Kemajuan yang harus
diciptakan sendiri oleh manusia dengan perkembangan zamannya.
Sistem yang telah puluhan abad
menemani dinamika peradaban manusia adalah sistem kerajaan dengan model monarki
absolute. Dimana tampuk kekuasaan dipegang oleh seorang individu yang bernama
raja. Raja adalah penguasa atas wilayahnya. Ia juga penguasa atas rakyat yang
ada di wilayah kekuasaannya. Ia tidak hanya sebagai pemimpin tetapi merupakan
pemilik atas sebuah teritorial tertentu dan pemilik jutaan nyawa penduduknya.
Hukum yang ada merupakan hukum milik sang raja. Yang dibuat sendiri oleh raja dan
hanya berlaku pada rakyatnya. Hukum tidak akan berlaku bagi si pembuatnya. Raja
mengambil posisi Tuhan sang pencipta di muka bumi. Ia menggantikan kekuasaan
absolute Tuhan di dunia. Dan ia hanya bertanggung jawab pada Tuhan sebagai
atasannya. Tidak pada rakyat yang dipimpinnya sebagai sebuah amanat. Bahkan
benerapa di antara mereka menganggap dirinya sebagai Tuhan yang patut disembah.
Namun terdapat beberapa raja kecil yang bernaung di bawah penguasa yang lebih
kuat dan agung. Yaitu raja-raja lokal yang wilayahnya ditaklukkan oleh penguasa
lain. Dalam perjalanan sejarah manusia yang telah berjalan puluhan abad ini,
telah ratusan kerajaan yang pernah lahir dan berkuasa.
Demokrasi sebagai sebuah gagasan
baru, muncul pada pertengahan abab 18 di Prancis. Meskipun benih-benih
pikirannya telah lahir sejak sekitar abad 16. Butuh waktu yang cukup lama bagi
sistem ini untuk mendapatkan dukungan dan pengikut. Demokrasi adalah sebuah
kreasi, kritik, dan pertentangan terhadap sistem monarki yang telah buruk.
kebijakan negara dan nasib rakyat ditentukan oleh segelintir orang yang tidak
mewakili aspirasi kebanyakan orang. Kesadaran atas adanya hak-hak individu yang
tidak boleh dinodai apalagi direbut dan dirampas oleh penguasa. Sistem kerajaan
menitahkan kekuasaan di tangan sebuah keluarga yang akan terus dikuasai turun
temurun, kecuali dengan adanya sebuah penaklukan atau perpecahan yang
menybabkan keruntuhan. Hal ini menjadikan mustahil bagi rakyat untuk ikut
menduduki sebuah posisi penting dalam pemangku kebijakan. Mereka yang dianggap
menentang harus siap-siap untuk disingkirkan.
Sifat otoritatif kerajaan sangat
merugikan rakyat jelata. Mereka dibebani
pajak yang sangat besar untuk menyokong beban kerajaan yang sama sekali tidak
memberi keuntungan baginya. Yang tertindas akan semakin tertindang, dan yang
berkuasa akan semakin melambungkan kekuasaannya. Hanya ada satu cara untuk
menggantikan posisi keluarga raja, yaitu menggulingkannya. Sebuah peristiwa
yang membutuhkan keajaiban untuk terlaksana. Butuh campur tangan Tuhan secara
langsung. Peristiwa ini hanya terjadi dalam segelintir cerita yaitu kudeta
rakyat kecil atas seorang raja. Salah satunya seperti yang dilakukan leh Ken
Arok terhadap kekuatan Tunggul Ametung. Kudeta itu dapat dilakukan oleh Ken
Arok karena bantuan para Brahmana yang telah membelot dari istana. Serta
pegkhianatan sang permaisuri, Ken Dedes.
Sistem otoriter yang telah mengakar
dalam sejarah itulah yang memicu para ahli pikir untuk melontarkan wacananya ke
khalayak umum sebagai kritik. Apa yang dilakukan para juru pikir ini tidak
berjalan mulus meski rakyat sudah menyatakan ketidaksukaannya pada kerajaan.
Mereka masih tertekan ketakutan untuk mendukung ideologi baru tersebut. Takut
diangkap sebagai pihak yang melawan kerajaan yang pasti berakibat buruk bagi
dirinya. Kerajaan akan sangat mudah menghabisi mereka dengan dalih
pengkhianatan.
Namun lambat laun sisten demokrasi
sebagai sebuah ideology baru mendapatkan simpati dari banyak pengikut.
Ketidakpuasan rakyat pada raja menjadi pemicu utamanya. Semakin lama mereka
semakin besar jumahnya, dan kini tak lagi takut-takut untuk mendukung ideology
baru itu. Prancis menjadi Negara yang pertama kali menggunakan sistem demokrasi
sebagai sistem resmi negara republik menggantikan sistem kerajaan yang telah berabad-abad
berkuasa. Peristiwa pengulingan kerajaan itu terkenal dengan sebutan “Revolusi
Industri”. Revolusi yang dipicu oleh kaum buruh dan rakyat kecil tertindas.
Peristiwa ini telah menelan ribuan korban. Nyawa-nyawa tidak berdosa telah
melayan sia-sia. Hingga kemudian apa yang dilakukan rakyat Prancis ditiru oleh
Negara-negara di belahan Eropa, Amerika, dan merambah ke Asia.
Sekarang, 2014 ini. sebagian besar
Negara di dunia ini telah menggunakan demokrasi sebagai sistem resmi Negara.
Entah dengan model seperti apa yang tentu berbeda-beda. Ada yang demokrasi
parlementer, presidensial, sekuler, atau apapuun itu. Hanya beberapa Negara
yang masih menggunakan sistem kerajaan dengan monarki absolutenya. Kondisi ini
sepertinya hanya menunggu waktu saja. Tidak lama lagi semua Negara akan beralih
menjadi Negara demokrasi. Indikasi itu telah terlihat dengan apa yang terjani
di Tunisia, Syiria, dan negar-negar di Timur Tengah lainnya. Mereka sedang
mencari bentuk baru terhadap Negara mereka.
Prediksi saya, sistem demokrasi akan
menjadi sistem yang dianut oleh semua Negara di dunia. Kemudian menjadi sebuah
tatanan yang benar-benar mapan. Ia akan hidup dengan kemapanannya berabad-abad
seperti umur sistem monarki yang telah mendahuluinya. Tapi seperti halnya
Monarki pula, demokrasi tidak akan menjadi sistem paten dalam sejarah politik
yang menaungi kehidupan manusia. Akan ada Post-Demokrasi, atau kritik terhadap
demokrasi. Meskipun untuk waktu sekarang ini demokrasi dipuja-puja sebagai
sebuah sistem terbaik untuk dianut dan diterapkan. Tapi sistem baru akan muncul
sebagai kritik terhadap demokrasi, entah sistem seperti apa aku belum bisa
memprediksi.
Hal ini akan terjadi karena sistem
demokrasi bukan tanpa celah, bukan tanpa kekurangan. Nantinya akan ditemukan
titik-titik dimana demokrasi tidak mampu memberi solusi terhadap beberapa
persoalan. Sistem ini bukanlah sistem yang sempurna yang bisa menampung dan
menyelesaikan semua permasalahn dalam kehidupan manusia. hanya saja sekarang
ini kita masih dibutakan oleh kekaguman kita yang berlebih terhadapnya dan
kebencian yang teramat besar pada monarki.
Seperti orang yang kena cinta buta yang hanya melihat
keindahan-keindahannya saja tanpa mau membuka diri dengan kritik-kritik
terhadap orang yang dicintai. Untungnya aku tidak begitu. Aku mencintaimu
dengan kritik yang kusampaikan, meski terkadang kamu tidak sadar bahwa aku
sedang mengkritisimu gadisku. Karena aku memang memilih jalan itu dalam
menyampaikan. Yang terpenting adalah efek dari kritikan itu, bukan rasa shok
yang justru menimbulkan rasa tersinggung.
Bentuk kritik terhadap sistem
demokrasi dapat berupa gagasan sistem baru atau kembali ke sistem lama
(kerajaan/monarki) dengan perbaikan, atau memodifikasi demokrasi menjadi bentuk
yang lain. Bukan tanpa alasan, karena tidak semua kerajaan dengan monarki
absolutnya buruk dalam kepemimpinan. Masih tergantung pada factor lain, yaitu
siapa pribadi raja yang memakai mahkota. Banyak kerajaan yang memberi kemajuan,
kemakmuran, dan disenangi oleh rakyatnya. Kita lihat saja nanti bagaimana
sistem demokrasi ini berjalan. Sanggup berapa abad umurnya sebagai sebuah
tatanan yang mapan. Jika umur tidak sampai, biar cucu-cucu kita yang
membuktikan prediksi ngawur ini.
selamat malam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar