Negeriku,
Tempat di mana kejujuran menjadi barang yang
dipertanyakan
Orang jujur mendapat tepuk tangan
Mereka yang tukang tilep jadi pemandangan
Di negeriku keadilan hanya sampai di ranah
perbincangan
Di negeriku kesejahteraan sudah jadi barang langka
Kalian mungkin akan menjadi orang tersesat untuk
mencari alamat yang namanya sejahtera
Di negeriku makhluk yang bernama ramah diganti dengan
marah
Di negeriku senyum makin lama makin aneh rasanya
Sepenggal
kata-kata aneh di atas rasanya menjadi wakil dari keanehan yang dialami
negeriku. Negeri yang dulu sangat terkenal dengan negeri bawah angin. Dengan
nama Nusantara. Nusantara menghampar dari ujung Papua sampai Laos dan Pattani
di Thailan. Seperti gadis yang baru mekar mekarnya. Nusantara mempesona dengan
kemolekan tubuhnya. Organ-organ tubuhnya mulai membentuk karena hormonenya yang
merangsang kemolekan. Bentuk tubuhnya yang bahenol telah membuat para jejaka
atas angin kepincut. Mereka berlomba-lomba saling adu cepat, adu intrik, adu
jurus untuk menaklukkan si gadis.
Nusantara
dengan budaya ketimuran. Sebagai negeri dengan identitas lahiriah yang ramah,
murah senyum, rak tegelan, pekewohan, dan tawaddu’an. Kita bukan Negeri yang
saling mencurigai antar sesame. Kita bukan Negeri yang suka ngambil yang bukan
hak kita. Kita bukan negeri yang serakang ingin menguasai yan bukan milik
sendiri. Namun kini semua telah berubah. Atas nama kemajuan semua harus
berubah. Bahkan yang sudah baikpun harus dirubah meskipun dengan yang lebih
buruk. Berbagai problematika mengganyang negeriku, Negeri elok yang amat
kucinta.
Hari
ini 9 Desember yang ditetapkan sebagai Peringatan Hari Antikorupsi seDunia. Aku
pun tidak ingin menjadi warga yang apatis. Kebetulan tahun ini peringatan Hari
Antikorupsi diselenggarakan di Djogja. Karena tempat korupsi tidak hanya di
Jakarta, maka perlu untuk memperluas ranah sosialisasi yang menyeluruh. Agar
semua pihak mengerti dan yang paling penting adalah sadar akan hal-hal yang
berpotensi menjadi ranah korupsi.
Negeriku
telah layu, seperti gadis yang menua tidak pada saatnya. Ia menjadi lesu dalam
kebisuannya. Tikus-tikus itu menggerogoti dagingnya. Yang berpengaruh pada
psikis. Kini telah merubah karakter lahiriah yang diberikan oleh Tuhan yang
mengistmewakannya. Ah, negeriku negeriku...! mengapa pula kau begitu ramah.
Bersedia menampung mereka-mereka yang merusakmu. Memelihara mereka-mereka yang
suka menyengsarakan orang lain. Kau teramat baik, tapi kini jadi kelewatan.
Lebih baik aku memakimu, karena aku tahu kau hanya akan diam saja. Tidak, tak
pantas aku menyalahkan aparat Negara semacam polisi, kejaksaan, dan lembaga
hukum lainnya. Karena mereka tidak sepertimu Indonesiaku.
Dalam
acara peringatan kali ini tema yang diusung dalam diskusi hari pertama “Saya,
Perempuan Antikorupsi”. KPK kini melirik perempuan sebagai komunitas yang
dianggap potensial untuk menangkal terjadinya korupsi di kalangan keuarga.
Perempaun sebagai seorang ibu yang sudah begitu banyak aktifitas dan tanggung
jawab. Kini ditambahi tanggungjawab sebagai pengawas serta pencegah terjadinya
korupsi. Ibu adalah pendidik bagi anak-anaknya. Melindungi anak dari kebiasaan
berbohong, mencontek saat di sekolah.
Namun
keputusan KPK untuk mengajak perempuan menjadi partner bukan karena hal itu
semata. Tetapi korupsi yan merupakan tindakan jahat telah distikmakan pada
perbuatan yang dilakukan oleh seorang lelaki. Dan akhir-akhir ini korupsi telah
menjangkiti perempuan. Beberapa perempuan telah menjadi tersangka kasus
korupsi, semisal Angelina Sondakh, Ratu Atut, dan beberapa yang tidak terlalu
popular namanya. Dan yang lebih sering adalah sebagai pemicu serta tempat
pelemparan uang hasil korup.
Sungguh
aku kesulitan untuk menjelaskan negeriku masa kini. Negeri yang kucintai kini telah
banyak berubah. Dan itu
terlampau rumit bagi sang pencinta untuk menguak penyakit yang diderita kekasihnya pada khalayak umum. Pahamilah aku
sebagai sang pencinta. Cukup sekian, kalian pasti tahu apa maksud isi hatiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar