Semalam, seperti halnya malam-malam sebelumnya
di hari rabu. Ngaji filsafat akan tetap berlangsung meski kondisi tengah
berubah. Kenaikan BBM, ricul menjelang Munas Golkar, DPR yang tak kunjung
bener, dan seabrek persoalan Negara tidak akan mempengaruhi para jama’ah yang
belum selesai dengan dirinya sendiri. Acara rutinan ini setidaknya memberi
ruang bagi kami-kami yang sedang dalam kekalutan atas diri sendiri. Memberi
tempat untuk tetap menjaga kewarasan di tengah-tengah dunia yang terus berubah.
Bicara tentang perubahan tentu tidak hanya sedang bicara kemajuan-kemajuan
teknologi masa kini, tetapi yang lebih penting adalah akibat buruk yang semakin
lama semakin nyata. Kehidupan yang semakin hedonis, individualis, materialis,
hilangnya humanisme dari sendi-sendi kehidupan.
Implikasi ini bukan sekedar masalah sambil
lalu. Paceklik kamanusiaan akan terus merembet dan diwariskan ke generasi
selanjutnya. Prediksi akan lebih parah bukan tidak berdasar. Kemungkinan itu
akan terwujud sangatlah terpampang nyata membahana, mengutip ratu telek Syahrini.
Kembali pada peristiwa yang sedang kita
bicarakan. Ngaji filsafat memiliki banyak yang arti tidak banyak dimengerti.
Satu yan paling pokok adalah mengembalikan fungsi masjid sebagai wadah kegiatan
umat. Salut pada para penghuni singgasana ketakmiran masjid itu. Dimotori Yasir
Arafat sebagai empunya kala itu. Masjid Jendral Sudirman dapat dinobatkan
sebagai satu-satunya masjid yang menyelenggarakan ngaji filsafat. Tradisi
intelektual islam yang sudah lama vakum dari keberpijarannya, kini akan dimulai
dari emperan masjid. Seperti yang dulu-dulu dilakukan oleh ibnu Rusy, ibnu
Sina, ibnu Arabi, al-Ghazali, al-Hallaj, dan bahkan Nabi Muhammad serta para
sahabatnya lakukan. Masjid sebagai pusat intelektual umat islam. Pertukaran dan
transformasi ilmu dimulai dari sini.
Baiklah, semalam Romo Fahruddin Faiz sebagai
sang maha guru membahas tokoh filsafat Persia, Mulla Sadra. Jangan bayangkan
ini akan seperti yang terjadi di pengajian-pengajian pada biasanya. Jika bicara
Persia atau Iran maka akan mendikotomikannya pada Syi’ah dan menghukumi sesat.
Menghujat mereka untuk memasukkan ke mereka ke neraka sesuka udelnya. Sekali
lagi jangan samakan Masjid ini dengan masjid-masjid yang lainnya. Ini masjid
Islam Nusantara.
Romo Faiz mengupas filsafatnya Mulla Sadra,
tentang kejiwaan dan keTuhanan. Dalam pandangan Mulla Sadra esensi sesuatu
terbentuk atas eksistensinya. Dia tidak percaya dengan esensi bawaan, tidak ada
esensi bawaan pada diri suatu benda atau makhluk. Seseorang disebut alim dan
sholeh jika ia menunjukkan eksistensinya demikian. Jika ia rajin ke masjid,
rajin ibadah, dan suka berbuat baik. Tidak mungkin preikat alim dan sholeh
dialamatkan pada seseorang yang ketika ada adzan saja tidak mau beranjak, malah
justru tidur-tiduran. Artinya esensi seseorang itu alim atau bukan, tergantung
pada perbuatan dia yang itu dapat dirasakan oleh orang lain yang menilainya.
Romo Faiz juga menyinggung tentang perbedaan
yang dimiliki manusia dan tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Yaitu, kemampuan
berimaginasi, kemampuan berkhayal, dan kekuatan memori. Tiga hal yang musti
terus diasah oleh setiap manusia berakal.
Kemampuan berimaginasi yang dimiliki manusia
timbul dari kumpulan rekaman-rekaman yang telah dilampauinya. Rekaman yang
terekam dalam memori itulah yang kemudian memberi kesimpulan terhadap esensi
sesuatu. Di sini esensi benda sudah mendapat bentuknya. Kemampuan akal manusia
mengimajinasikan esensi sesuatu tersebut dalam bentuk lain yang
diangan-angankan.
Berkhayal, ini merupakan salah satu kemampuan
terpenting yang harus dimiliki seorang manusia. Jangan meremehkan kekuatan
khayali. Berkhayal bukanlah hal yang semudah dipikirkan banyak orang. Perlu
kepekaan, latihan, serta kebiasaan yang benar-benar dilakukan. Meski hasil
khayali bukan sebuah realita, namanya juga berkhayal. Namun pekerjaan ini
merupakan realitas yang rumit. Kemampuan khayali sesorang tidak sama satu
dengan lainnya. Tergantung kecerdasan yang dimiliki. Berkhayal saja butuh
kecerdasan.
Kemampuan memori, sebagai sebuah contoh untuk
membuktikan bahwa kesehatan memori seorang manusia sangatlah penting posisinya.
Kita ingat-ingat, jika pernah melihat orang yang diangap “gila/tidak waras”.
Beberapa diantara mereka masih punya kemampuan untuk berimaginasi. Pernah saya
melihat ada yang memakai plastic untuk menutupi kemaluannya karena tidak
memakai pakaian. Ini membuktikan masih ada kemampuan berimaginasi, meskipun
tinggal sisa-sisa. Namun kemampuan memorinya sudah rusak. Dan bayangkan jika
seorang manusia benar-benar rusak total memorinya hingga ia lupa jika dia
manusia. kekacauan akan timbul bukan?